Selamat Datang di ranah PZW Ciamis

Kami siap menampilkan informasi seputar Zakat dan Wakaf di Kabupaten Ciamis

Rabu, 14 April 2010

LEBARAN; MUDIK DAN BERHASIL MENJADI KOMUNITAS TERBAIK

Salah satu hikmah dari ber-Iedul Fitri adalah berubahnya sifat kebersamaan social kita yang tadinya hanya bersifat kuantitatif (community atau society), sekarang menjadi kualitatif (Bukan sekedar komunitas melainkan telah menjadi sebuah ummah).

Ummah atau umat itu berbeda dengan community yang hanya sekedar perkumpulan manusia. Dalam konsep Ummah, manusia itu sederajat di hadapan Allah. Tolok ukur kemulyaan manusia hanya satu dan sangat ruhaniah, yaitu ketakwaan. Maka kalau di antara suatu komunitas Muslim ada kedudukan dan fungsi-fungsi yang membuat seseorang menindas dan yang lainnya ditindas, maka konsep Ummah belum terpenuhi.

Apakah secara kualitas kita telah sungguh-sungguh ber-Idul Fitri atau belum. Tetapi memang berlalunya hari raya demi hari raya selama ini belum cukup mengubah perhubungan social yang eksploitatif, diskriminatif, dan represif di antara kaum Muslimin sendiri.

Iedul Fitri itu kembali Fitrah; Kembali dari kekalahan menuju kemenangan. Bukan kemenangan atas orang lain, melainkan sanggup mengendalikan diri, meyelesaikan segala kondisi diri kepada apa yang dikehendaki Allah.

Iedul Fitri itu Iedul Bayi. Kalau kita sudah sanggup seperti bayi, menanglah kita. Bayi itu kalau menangis, ya karena ia jujur mau menangis. Kalu ia omong, tak ada jarak apalagi pertentangan antara kata-katanya dengan suara hati dan fikirannya. Kalau senang ia tertawa, tak ada yang disembunyikan, dalam arti ia jujur sejujur-jujurnya. Bayi tak punya kesanggupan untuk kufur terhadap Sunnatullah.

Dalam konteks budaya kita, ucapan "selamat Iedul Fitri" sama dan sebangun dengan ucapan "Selamat Lebaran". Secara harfiyah, “Lebar” adalah bahasa jawa yang berarti "usai". Usai training menuju “pertandingan” yang sebenarnya. Sebab puasa Ramadhan itu sekedar berlatih, agar kita sanggup berpuasa atau “mewajarkan” konsumsi – konsumsi hidup sehari-hari, atau berpuasa apa pun secara mikro maupun makro. Dengan Lebaran itulah mestinya kita memulai puasa yang sesungguhnya dalam mengarungi hiruk-pikuk kehidupan.

Dalam Lebaran ada ucapan Minal ‘Aidin wal Faizin, fi Kulli “Amin wa Antum bikhair. Maksud do’a itu adalah bahwa sesudah lulus puasa, kita menjadi tergolong dalam kalangan orang yang kembali (wajar) dan menang, di sepanjang tahun mudah-mudahan semua terawat dalam kebajikan.

Dari perspektif 'Ummah", berarti orang yang kelaparan dan kekenyangan itu kalah. Juga orang yang terlalu miskin dan terlalu kaya itu kalah, keduanya mudah terpeleset ke dalam kondisi Kufur. Yang menang adalah yang biasa-biasa, bukankah puasa Ramadhan menggiring kita agar menjadi yang tengah-tengah, yang sedengan. Umat Islam juga disebut Ummatan wasathan, yang moderat, lentur, bukan kaku dan lembek; Tak kurang, tak lebih, tak radikal, tak kompromis; Tidak foya-foya, tidak menyiksa diri; Tidak hedonis, tidak masokhis; Sakmadya alias meujeuhna atawa Pas, itulah yang terbaik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar