Selamat Datang di ranah PZW Ciamis

Kami siap menampilkan informasi seputar Zakat dan Wakaf di Kabupaten Ciamis

Kamis, 15 April 2010

MERAIH KETENANGAN HIDUP DENGAN JALAN MELATIH KEJUJURAN

اَََلْْحَمْدُ ِللهِ الَّّّّّّذِيْ اََََََََََََََََََََََََََََمَرَنَا باِلتَّقْْْوَى وَنَهَانَاعَنِ ا تِّبَاعِ الْهَوَى. اَشْهَدُ اَنْ لاَ إلهَ اِلاَّالله ُالْمَلِكُ اْلأَعْلىَ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُصْطَفَى . اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَاَصْحَابِهِ الْمَوْعُوْدِيْنَ بِجَنَّةِ الْمَأْوَى. اَمَّابَعْدُ : اَ يُّهَاالنّاَسُ عَلَيْكُمْ بِالتَّّقْوَى بِامْتِثَالِ اَوَامِرِاللهِ وَاجْتِنَابِ الْهَوَى. اَعُوْذُباِللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْم: هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ وَ ِللهِ جُنُودُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

Hadirin Rohimakumullah
Saat ini kita dipanggil untuk menghadap dan sujud kepada Allah secara berjama’ah; serempak tanpa membedakan status, pangkat, kekayaan, kelompok, madzhab, atau embel-embel apapun. Kita tinggalkan sejenak segala aktifitas dunia yang sangat melelahkan dan menjenuhkan, untuk bersama-sama melakukan penyerahan diri ke hadirat-Nya, semoga setelah selesai ibadah Jum’ah ini kita kembali segar, berfikir jernih, dan bertindak dengan nalar yang sehat.
Melalui mimbar ini, khatib mengajak pada diri sendiri dan juga pada semuanya untuk senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT. Dengan taqwa yang sebenar-benarnya; Taqwa yang diwujudkan dalam segala aktivitas; Taqwa yang tercermin dalam perilaku hidup kita sehari-hari, sampai ajal menjemput kita. Sebagaimana Firman Allah SWT ;
يَاأ َيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ا تَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأ َنْتُمْ مُسْلِمُونَ (ال عمران :102)
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan muslim."

Hadirin Ahli Jum'ah !
Kita patut bersyukur bahwa di negeri ini umat Islam masih menjadi mayoritas. Artinya, penghuni negeri ini masih banyak yang beriman dan taat melaksanakan ajaran agama sebagai wujud ke-shalehannya; meskipun secara jujur harus diakui bahwa ternyata ke-shalehan itu baru sebatas kepatuhan terhadap ritual agama; Kepatuhan yang sering tersisa di mesjid dan pada saat shalat, atau pada saat ibadah haji - sehingga peningkatan mutu mentalitas atau perilaku umat belum begitu tampak dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
Kita masih menyaksikan bagaimana tindak kejahatan (baik yang perorangan maupun kolektif) tidak saja dilakukan oleh orang yang tidak baragama, tapi juga dilakukan oleh orang yang secara ritual taat melaksanaan ajaran agama. Lantas kita bertanya; kemanakah nilai-nilai shalat, kemanakah hasil didikan puasa dan haji, kemanakah kata-kata indah yang terlantun dalam tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil ?, mana hasil dakwah yang nyata dalam kehidupan ?.


Hadirin Rohimakumullah !
Ada beberapa kemungkinan kenapa seorang Muslim yang beriman pada Allah dan suka malaksanakan ritual agamanya itu masih saja berbuat dosa.; Pertama, Mungkin karena imannya lemah sehingga tidak mampu melawan godaan, baik godaan nafsunya maupun godaan syetan. Kedua, mungkin imannya cukup kuat, tetapi godaan yang datang lebih kuat lagi, sehingga ia kalah pengaruh. Ketiga, mungkin imannya kuat dan godaanpun tidak seberapa kuat, tetapi terjebak juga dalam dosa karena kelengahan atau kebodohannya semata.
Kesalahan dan dosa memang tak bisa lepas dari perilaku manusia, sekalipun dia seorang muslim. Oleh karena itu, orang yang baik bukanlah orang yang tak pernah berbuat dosa, melainkan orang yang bertaubat atas dosa-dosanya itu. Rasulullah SAW bersabda :
كُلُّ بَنِيْ أدَمَ خَطَّائُوْنَ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ (رواه الترمذي وابن ماجه)
Artinya ; "Tiap Anak Adam (manusia) mempunyai kesalahan, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang bertaubat". (H.R. Titmidzi dan Ibn Majah)

Melalui Ibadah Jum'ah ini, marilah kita bertobat kepada Allah SWT ; mengakui kesalahan dan dosa yang pernah kita lakukan. Sebab dalam hidup, sekali waktu kita pernah jatuh ke dalam maksiat, kecil atau besar. Mungkin pernah kita palsukan angka dalam kwitansi, kita berdusta kepada orang lain, mengobral segudang janji yang tidak ditepati, kita pernah menyakiti bawahan, Mungkin pernah kita memanfaatkan jabatan untuk memperkaya diri, bahkan mungkin pernah kita menyebabkan orang lain menderita dalam hidupnya.
Sebelum Shalat, mari kita kenang kembali segala kesalahan yang sempat kita ingat. Merintihlah di hadapan Allah SWT, seraya beristihgfar kepada-Nya. Setelah Shalat jangan ulangi lagi maksiat yang pernah kita lakukan.
Hadirin Ahli Jum'ah !
Dosa yang dilakukan manusia pada awalnya disebabkan karena ketidak-jujur-an, manusia lebih memilih jalan yang tidak seharusnya ditempuh karena mengikuti hawa nafsunya, Ia telah mengingkari kata hatinya sendiri bahwa kebenaran harus ditegakkan.
Jika semua orang jujur ; Pejabat tidak korup dan bertindak sewenang-wenang, Para Ulama selalu bersikap arif dan tidak memperjualbelikan dalil agama untuk kepentingan pribadi dan golongannya, kaum tani, buruh, nelayan, pedagang, tidak menipu dalam menjalankan usahanya; para pegawai baik pegawai swasta maupun pegawai negeri, semuanya jujur dalam bekerja, tidak hanya rajin pada hari gajian saja, insya Allah Negara ini akan kembali berdiri tegak, sejajar dengan bangsa lain, aman dan damai, adil dalam kemakmuran, dan makmur dalam keadilan. Sebagai Muslim sejati, orang yang jujur selalu memberi manfaat bagi masyarakat dan lingkungannya, tidak membuat madharat, apalagi hanya menjadi beban orang lain.

Hadirin Ahli Jum'ah !
Jika kita mendapat kepercayaan, jagalah kepercayaan itu dengan kejujuran ; Pepatah mengatakan : "sekali lancung ke ujian seumur hidup tak percaya". Dari jiwa yang jujur akan timbul ketenangan (sakinah), ia akan tetap sabar dan tawakkal dalam menerima ujian dari Allah, ia tetap bekerja keras tidak akan putus asa apalagi sampai melakukan bunuh diri, Na'udzu billahi min dzalik. Semuanya itu tergantung pada kadar keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا(4)
Artinya : "Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mu'min supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, " (Q.S. Al-Fath : 4)

Dalam hal kejujuran dalam pengabdian, mungkin kita perlu belajar banyak kepada orang-orang sufi ; mereka tidak betah menjadi Muslim Rahbani yang menganggap ibadah hanya karena rasa takut semata (bukan atas dasar kepasrahan), sebab ibadah seperti itu tidak akan menghasilkan apa-apa kecuali nilai plus dari sisi absensi saja; mereka juga tak mau berlama-lama menjadi Muslim Hayawani yang melakukan ibadah shalat, puasa, membayar zakat, ibadah haji, dan ibadah lainnya hanya karena ingin memperoleh laba yang bernama pahala, sebab ibadah seperti itu laksana berdagang yang berfikir untung-rugi, ibadah menjadi kurang makna kalau hanya untuk tidak mengalami defisit akhirat. Mereka lebih memilih menjadi Muslim Rabbani, yang melakukan ibadah hanya karena mengharap berjumpa dengan Allah Sang Maha Penyantun lagi penyayang.
Mudah-mudahan dengan belajar jujur pada diri sendiri dan mengakui kesalahan di hadapan Allah SWT, menjadikan kita selalu merasa dekat dan diperhatikan oleh Allah sehingga tidak ada satu celahpun untuk mencoba berbuat maksiat kepada-Nya". Semoga Allah senantiasa membimbing kita agar tetap berada di jalan-Nya. Amin.
بارك الله لي ولكم

Menyampaikan keBENARan Al-Islam

Dalam Islam, ada dua sisi ajaran : Nadzari dan Amali.
Nadzari berkaitan dengan benak dan jiwa, sehingga harus dipahami sekaligus diyakini, serta bersifat ke dalam. Apabila sumber dan interpretasinya sudah dipastikan kebenarannya, itulah yang dinamakan Akidah.
Sedangkan Amali berhubungan dengan pengamalan di dunia nyata yang disebut Syari’ah.

Akidah adalah sendi utama. Syari’ah bisa saja tidak dilaksanakan (semestinya) selama akidah tetap dipegang teguh, itulah sebabnya kenapa dalam pelaksanaan syari’ah ada istilah Rukhshah atau dispensasi.

Masalahnya : seringkali agama (baca : Islam) hanya dipahami dari satu aspek, yaitu aspek transendental atau ideal-nya saja. Kalau dilihat dari aspek ini agama adalah sesuatu yang utuh, mutlak benar, dan sempurna.

Namun, agama tidak berada di awan gemawan. melainkan diturunkan ke bumi untuk pedoman manusia dalam memfungsikan dirinya selaku khalifah. Berarti agama juga merupakan kenyataan sosial, bahkan suatu institusi yang berdampak dan tidak terlepas dari komunitas dan organisasi, malah selalu terlibat dengan sistem sosial lainnya, seperti politik, ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya.

Islam adalah agama universal yang tetap tegar dan relevan dengan perkembangan zaman. hal itu didukung oleh hukum-hukum syari’ah yang luwes dan elastis.

Dalam perakteknya, Islam juga selalu memperhatikan pengaruh globalisasi (Al maslahatu tatajaddadu wa tataghoyyaru bi taghayyuril azman wal amkan). Di sinilah Islam mengenalkan istilah nurani yang disebut Qaulan Sadida dalam menyampaikan kebenaran. Intinya, walaupun kebenaran wajib kita kemukakan, namun harus dikemas sebaik mungkin agar mengenai sasaran, bahkan kadang-kadang harus off the record dulu sampai situasi dan kondisinya sudah memungkinkan. (lihat Q.S. Al-Ahzab : 70).

يَاأَ يُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (70)
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا(71)

Hai Orang-orang yang beriman, : bertaqwalah kalian pada Allah, dan katakanlah (kebenaran) dengan perkataan yang BENAR (?).
Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menta`ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.